A. Hakikat ketrampilan menulis
1.
Pengertian menulis
Pengertian menulis menurut beberapa ahli adalah
sebagai berikut :
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang di pahami oleh
seseorang sehingga orang lain dapat membaca langsung lambang- lambang grafik
tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu ( Lado,1964).
Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola
bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan,Rusyana (
1998:191).
Menulis adalah proses menggambarkan suatu bahasa
sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat di pahami pembaca (tarigan,
1986:21).
Menulis adalah suatu proses menyusun, mencatat, dan
megkomunikasikan makna dalam tataran ganda bersifat interaktif dan diarahkan
untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan suatu sistem tanda
konvesional yang dapat dilihat/dibaca (Tatkala, 1982).
Berdasarkan kosep di atas dapat
dikatakan bahwa menulis merupakan komunikasi tidak langsung yang berupa
pemindahan pikiran atau perasaan dengan memanfaatkan grafologi, struktur
bahasa, dan kosakata dengan menggunakan simbol-simbol sehingga dapat dibaca
seperti apa yang diwakili oleh simbol tersebut.
2.
Tujuan menulis
Hugo Hartig dalam tarigan (1986: 24-25) merumuskan
tujuan menulis di antaranya adalah :
1) Tujuan
penugasan,
Penulis
sebenarnya tidak memilki tujuan karena orang yang menulis melakukannya karena
tugas yang diberikan kepadanya.
2) Tujuan
altruistik
Penulis
bertujuan untuk menyenangkan pembaca, menghindarkan kedudukan pembaca, ingin
menolong pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat
hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.
3) Tujuan
persuasif
Penulis
bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.
4) Tujuan
informasional
Penulis
bertujuan memberi informasi atau keterangan kepada para pembaca.
5) Tujuan
pernyataan diri
Penulis
bertujuan memperkenalkan atau menyatakan dirinya kepada pembaca.
6) Tujuan
kreatif penulis
Penulis
bertujuan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik,nilai-nilai
kesenian.
7) Tujuan
pemecahan masalah
Penulis
bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
3.
Fungsi menulis
Fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat
komunikasi yang tidak langsung. Dengan menulis memudahkan kita merasakan dan menikmati
hubungan–hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkam
masalah-masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman, dapat
menyumbangkan kecerdasan.
Bernard Percy secara
rinci fungsi menulis adalah:
1) Sarana
untuk mengungkapkan diri yaitu untuk mengungkapkan perasaan hati seperti
kegelisahan, keinginan amarah,
2) Menulis
sebagai sarana pemahaman artinya dengan menulis seseorang bisa mengikat kuat
suatu ilmu pengetahuan (menancapkan pemahaman ) kedalam otaknya.
3) Menulis
dapat membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan,perasaan harga diri
artinya dengan menulis bisa melejitkan perasaan harga diri yang semula rendah
degan menulis dapat meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan
artinya orang yang menulis selalu dituntut untuk terus menerus belajar sehinnga
pengetahuannya menjadi luas.
4) Menulis
dapat meningkatkan keterlibatan secara bersemangat bukannya penerimaan yang
pasrah, artinya dengan menulis seseorang akan menjadi peka terhadap apa yang
tidak benar disekitarnya sehingga ia menjadi seoarang yang kreatif.
5) Menulis
mampu mengembangkan suatu pemahaman dan kemampuan menggunakan bahasa artinya
dengan menulis seseorang akan selalu berusaha memilih bentuk bahasa yang tepat
dan menggunakannya dengan tepat.
4.
Teori menulis
Teori menulis yang berkembang saat ini adalah
menulis model proses. Dengan model ini menulis dilakukan dengan pentahapan –
pentahapan yaitu :
1) Pra
menulis (prewriting)
Pada
tahap ini kegiatannya berupa siswa memilih topik, siswa mengumpulkan dan menyesuaikan
ide-ide, siswa mengidentifikasi pembacanya, siswa mengidentifikasi tujuan
menulis siswa memilih bentuk yang sesuai berdasarkan pembaca dan tujuan
menulis, dengan aktifitas pengarang persiapan menulis cerita, menggambar,
membaca, memikirkan tulisan, menyusun gagasan dan mengembangkan rencana.
2) Pengedrafan
(drafting)
Pada
tahap ini siswa menulis draf kasar, siswa siswa menulis pokok-pokok yang
menarik pembaca, siswa lebih menekankan isi dari pada mekanik, dengan aktifitas
pengarang merangkaikan gagasan dalam sebuah tulisan tanpa memperhatikan
kerapian atau mekanik.
3) Merevisi
(revising)
Pada
tahap ini siswa membagi tulisanya kepada kelompok, siswa mendiskusikan
tulisanya kepada temannya, siswa membuat perbaikan sesuai komentar teman dan
gurunya, siswa membuat perubahan subtantif dan bukan sekedar perubahan minor
antara draf pertama dan kedua. setelah mendapat saran –saran dari orang lain
pengarang dapat membuat beberapa perubahan dan perubahan itu dapat melibatkan
orang lain.
4) Mengedit
(editing )
Pada
tahap ini siswa mebaca ulang tulisanya, siswa membantu baca ulang tulisan
temannnya, siswa mengidentifikasi kesalahan mekanisme dan membetulkannya.
5) Mempublikasikan
(publishing)
Pada
tahap ini siswa mempublikasikan tulisannya dalam bentuk yang sesuai, siswa
membagi tulisanya yang sudah selesai kepada teman sekelasnya.
5.
Pendekatan pembelajaran menulis di
SD
Pendekatan yang disarankan dalam pembelajaran
menulis meliputi :
1. pendekatan
komunikatif
pendekatan
komunikatif memfokuskan pada keterampilan siswa mengimplementasikan fungsi
bahasa (untuk berkomunikasi) dalam pembelajaran, pendekatan komunikatif tampak
pada pembelajaran, misalnya: mendeskripsikan suatu benda, menulis surat, dan
membuat iklan.
2. Pendekatan
integratif
Pendekatan
integratif menekankan keterpaduan empat aspek keterampilan berbahasa (menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis) dalam pembelajaran. Pendekatan ini tampak pada
butir pembelajaran, misalnya: menceritakan pengalaman yang menarik, menuliskan
suatu peristiwa sederhana, membaca bacaan kemudian membuat ikhtisar, dan
meringkas cerita yang didengar.
3. Pendekatan
keterampilan proses
Pendekatan
keterampilan proses memfokuskan keterampilan siswa dalam mengamati,
mengklasifikasi, menginterpretasi, dan mengkomunikasikan. Pendekatan
keterampilan proses ini tampak pada butir pembelajaran, misalnya: melaporkan
hasil kunjungan, menyusun laporan pengamatan, membuat iklan, dan menyusun
kalimat acak menjadi paragraf yang padu.
4. Pendekatan
tematis
Pendekatan
tematis menekankan tema pembelajaran sebagai payung/pemandu dalam
pembelajaran.pendekatan tematis, tampak pada butir pembelajaran, misatnya:
menulis pengalaman dalam bentuk puisi, dan menyusun naskah sambutan.
Pendekatan-pendekatan tersebut pada
hakikatnya mempunyai karakteristik yang sama dengan pendekatan konstruktivisme,
yaitu memandang siswa di dalam pembelajaran sebagai subjek pembelajaran bukan
sebagat objek pembelajaran. Dalam hal ini, peran guru sebagai motivator dan
fasilitator di dalam membangkitkan potensi siswa dalam membangun/mengkonstruksi
gagasan/ide masmg-masing di dalam pembelajaran.
B.
Pemetaan
Materi Menulis SD
Berdasarkan jenjang kelas di SD
pembelajaran menulis dibedakan menjadi 2 ( dua ) yaitu :
1.
Pembelajaran
menulis permulaan
Kegiatan ini biasa disebut dengan hand writing,
yaitu cara merealisasikan simbol- simbol bunyi dan cara menulisnya dengan baik
dan benar. Tingkatan ini terkait dengan strategi atau cara mewujudkan
simbol-simbol bunyi bahasa menjadi huruf- huruf yang dapat dikenali secara
konkret.
Tujuan menulis
permulaan adalah agar siswa dapat menulis kata-kata dan
kalimat sederhana dengan tepat. Pada menulis permulaan siswa diharapkan untuk
dapat memproduksi tulisan dapat dimulai dengan tulisan eja. Contoh tulisan e,d,f,k,j dan dapat
berupa suku kata seperti su-ka, ma-ta, ha-rus, lu-ka serta dalam bentuk kalimat
sederhana. Seperti halnya membaca permulaan, menulis permulaan juga dapat
menggunakan metode-metode seperti metode abjad, metode suku kata, metode global
dan metode SAS. Pembelajaran permulaan ini terjadi pada kelas rendah yaitu
kelas I dan kelas II.
Ruang lingkup
pembelajaran menulis di kelas rendah antara lain sebagai berikut :
·
Kelas I ( satu )
Menulis
permulaan di kelas I ini menggunakan huruf-huruf kecil, tujuannya siswa dapat
memahami cara menulis permulaan dengan ejaan yang benar dan mengkomunikasikan
ide/pesan secara tertulis, materi pelajaran menulis permulaan dikelas I SD
disajikan secara bertahap dengan menggunakan pendekatan huruf, suku kata,
kata-kata atau kalimat.
·
Kelas II ( dua )
Menulis
permulaan di kelas II ini menggunakan huruf – huruf besar pada pada awal
kalimat dan penggunaan tanda baca, tujuannya siswa memahami cara menulis
permulaan dengan ejaan yang benar dan mengkomunikasikan ide/pesan secara
tertulis, untuk memperkenalkan cara menulis huruf besar di kelas II SD
mempergunakan pendekatan spiral maksudnya huruf demi huruf diperkenalkan secara
berangsur-angsur sampai pada akhirnya semua huruf dikuasai oleh para siswa.
2.
Pembelajaran
menulis lanjutan ( pemahaman )
Pembelajaran menulis ini terdapat dikelas III, IV,
V, VI. Tujuan menulis lanjut adalah agar siswa mampu menuangkan pikiran dan
perasaannya dengan bahasa tulis secara teratur dan teliti. Yang membedakan
menulis permulaan dengan menulis lanjut adalah adanya kemampuan untuk
mengembangkan skema yang ada yang telah diperoleh sebelumnya untuk lebih
mengembangkan hal-hal yang akan ditulis.
Teknik dan Model Pembelajaran Menulis Cerita
berdasarkan butir-butir pembelajaran menulis di kelas tinggi (kelas 3-6) SD
terdapat ragam teknik pembelajaran menulis. Teknik
pembelajaran menulis dikelompokkan menjadi dua, yakni menulis cerita dan
menulis untuk keperluan sehari-hari :
·
Menulis
cerita
Menulis cerita Teknik
ini terdiri atas 6 macam, yaitu:
1) Menyusun
kalimat.
Teknik
menyusun cerita dapat dilakukan dengan: menjawab pertanyaan, melengkapi kalimat
memperbaiki susunan kalimat, memperluas kalimat, subtitusi, transfomtasi dan
membuat kalimat.
2) Teknik
memperkenalkan cerita Meliputi : baca dan tulis, simak dan tulis
3) Meniru
model
4) Menyusun
paragaf
5) Menceritakan
kembali
6) Membuat.
·
Menulis
untuk keperluan sehari-hari
Menulis
untuk keperluan sehari-hari meliputi ragam menulis: menulis surat, menulis
pengumuman, mengisi formulir, menulis surat undangan, membuat iklan, dan
menyusun daftar riwayat hidup. Model pembelajaran menulis cerita/cerpen di SD
meliputi: menceritakan gambar, melanjutkan cerita lain, menceritakan mimpi,
menceritakan pengalaman, dan menceritakan cita-cita
C. Model –Model Pengembangan Pembelajaran
Ketrampilan Menulis Di SD
1.
Model
Pengembangan MMP
Model
pengembangan MMP (Membaca Menulis Permulaan) ini ditunjukan untuk praktikkan di
kelas I dan II. Model-model pengmbangan ini dilandasi oleh
pendekatan-pendekatan pembelajaran bahasa dan sastra indonesia di SD.
a. Membaca
Nyaring
b. Menjiplak
dan Menuliskan huruf o dan I
c. Mengisi
Suku Kata atau Huruf
d. Menuliskan
Kalimat dengan Huruf Tegak Bersambung
2.
Model
Pengembangan Menulis Informal
Dasar-dasar
pengembangan menulis informal adalah setiap kegiatan menulis harus melalui
langkah-langkah (proses) menulis yang bertahap, tetapi sebuah tulisan dapat
dihasilkan oleh penulisnya. Tompkins menyatakan “Ternyata menulis cepat tanpa
melalui lima tahap proses menulis diperlukan oleh siswa, terutama diperlukan
untuk menuliskan ide dan kata-kata kunci dalam kegiatan curah pendapat,
menuliskan pesan pada tabel ”KWL” membuat diagram pemetaan semantik, menulis
cepat untuk merespon hasil kegiaatan (saat) membaca atau mempelajari sesuatu
atau mempelajari sesuatu. Tulisan yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, tidak
perlu disempurnakan, dirapikan sepeti untuk tulisan formal. Dalam tulusan itu,
siswa sudah menyampaikan pesan secara utuh.
Tidak
setiap siswa memiliki ketrampilan menulis informal. Untuk itu perlu
dikembangkan model pembelajaran menulis informal yang sesuai dengan tuntutan
siswa. Berikut ini adalah model
pembelajaran menulis informal. Dalam konteks ini, model pembelajan menulis
informal itu disebut ”CITRA” (Cari Ide Tuliskan Tanpa Ragu). Di asumsikan bahwa
setiap siswa memiliki “skemata” yang
dapat dikomunikasikan kedalam bentuk tulisan sesaat setelah itu dimunculkan
dari wilayah mental siswa. Guru berperan sebagai pemotivasi dan fasilitator
siswa untuk memancing pemunculan ide yang akan dituliskan. Caranya, guru
menugaskan siwa untuk melakukan suatu kegiatan atau mengajukan pertanyaan
pancingan. Variabel dari model Citra adalah sebagai berikut:
a. Model
Pembelajaran Citra 1
Model
Pembelajaran Citra 1 ditunjukkan untuk meningkatkan ketrampilan siswa
menuliskan ide atau kata-kata kunci dalam kegiatan curah pendapat. Langkah-langkah
pembelajaran model ini adalah:
1) Ajukan
sebuah topik kepada siswa
2) Tugaskan
siswa menuliskan ide atau kata kunci yang berhubungan dengan topik.
3) Periksa
hasil tulisan siswa, dalam hal ini ide atau kata kunci yang tidak berhubungan
yang menjadi fokus pemeriksaan. Artinya guru memeriksa ide atau kata kunci yang
tidak berhubungan dengan topik. Itulah yang dikomentari oleh guru.
b. Model
Pembelajaran Citra 2
Model
pembelajaran citra 2 ditunjukan untuk meningkatkan ketrampilan siswa menuliskan
ide atau kata-kata kunci dalam tabel “KWL” (What
I know, What I want to find out, What I learned )
Langkah-langkah
pembelajaran model ini adalah:
1) Ajukan
sebuah topik kepada siswa
2) Tugaskan
siswa memilah, memilih, dan meyusun ide yang berkaitan dengan topik.
3) Tugaskan
siswa menuliskan ide yang berkaitan dengan topik kedalam tabel berikut.
K
|
W
|
L
|
c. Model
Pembelajaran Citra 3
Model
pembelajaran Citra 3 ditujukan untuk meningkatkan keterampilan siswa menuliskan
ide, kata-kata kunci atau fraseyang
berkaitan dengan suatu topic ke dalam bentuk diagram (kluster). Ada lima
diagram yang digunakan untuk menuliskan topic yang diajukan kepada siswa.
a.
Kluster Penceritaan
Topik
diuraikan menjadi tiga pilihan awal, tengah dan akhir.
Awal l
|
Tengah
|
Topik
|
Akhir
|
b.
Kluster 5W + 1H
Topik
diuraikan dengan menjawab pertanyaan What
(apa), Who (siapa), When (kapan), Where (dimana), Why
(mengapa), dan How (bagaimana).
What
|
Who
|
When
|
How
|
Where
|
Why
|
Topik
|
c.
Kluster Penginderaan
Topik dipilah menjadi lima
pilahan berdasarkan pengalaman penginderaan, see (penglihatan), smell
(penciuman), touch (perabaan), hear (pendengaran), dan taste (pengecapan). Hasil penginderan
tersebut dituliskan dalam diagram.
see
|
smile
|
taste
|
hear
|
touch
|
Topik
|
d.
Kluster Pelaporan
Topik dipilah untuk melaporkan
tentang hakikat sesuatu atau melaporkan suatu fenomena berdasarkan penjawaban
pertanyaan, misalnya: (1) What doet it
look like? (2) Where does it live? (3) What does it eat? (4) What isspecial
about it? Dan (5)How does it protect it self? Hasilnya
dilaporkan/dituliskan ke dalam diagram.
1
|
2
|
5
|
4
|
3
|
Animal
|
e.
Kluster Pemetaan Semantik
Kluster
pemetaan semantik digunakan untuk merumuskan topik karangan atau tulisan
berdasarkan suatu topik utama. Topik yang dituliskan dalam diagram adalah:
1)
Topik Utama (TU) karangan/tulisan.
2)
Topik Paragraf (TP) pada
karangan/tulisan.
3)
Topik Kalimat (PK) pada karangan/tulisan
yang dibatasi berdasarkan pengalaman penginderaan dan penjawaban 5W + 1H.
TK
|
TK
|
TK
|
TK
|
TK
|
TK
|
TP
|
TP
|
TK
|
TK
|
TK
|
TP
|
TK
|
TU
|
TK
|
TK
|
TK
|
TK
|
TK
|
TK
|
TP
|
Langkah-langkah
model pembelajaran ini adalah:
a.
Ajukan topik kepada siswa.
b.Tugaskan
siswa memilah, memilih dan menyusun ide, kata-kata kunci atau frase yang
berkaitan dengan topik, kemudian menuliskan ke dalam diagram.
c.
Periksa diagram (kluster) yang sudah
dikerjakan oleh siswa. Komentari hal-hal yang tidak sesuai dengan topik.
4. Model Pembelajaran
Citra 4
Model
pembelajaran Citra 4 ditujukan untuk meningkatkan keterampilan siswa menuliskan
tanggapan (respons) singkat dalam bentuk tulisan terhadap suatu fenomena atau
suatu hal. Berdasarkan suatu topik atau tema yang disampaikan oleh guru, siswa
ditugaskan menanggapi secara singkat dalam bentuk tulisan. Tanggapan secara singkat
adalah tulisan yang berbentuk kalimat tunggal (1 S P O K) atau berbentuk frase.
Langkah-langkah
pembelajaran model ini adalah:
a.
Guru menyampaikan sebuah topic kepada
siswa, misalnya: Korupsi merupakan perbuatan yang merugikan Negara dan
mempertinggi angka penderitaan masyarakat. Sudah banyak bukti aparat yang
terlibat dalam korupsi negeri ini. Bagaimana tanggapan anda tentang hal itu?
b.
Siswa ditugaskan untuk menuliskan
tanggapan terkait dengan topik itu. Tulisan siswa harus singkat dan tidak
berbentuk kalimat.
Misalnya:
-
Mari perangi KORUPSI!
-
Kucinta negeriku, kubenci koruptor di
negeriku.
c.
Periksa tulisan siswa dan komentari
kesesuaiannya dengan topik yang diajukan.
5. Model Pembelajaran
Citra 5
Model
pembelajaran Citra 5 ditujukan untuk meningkatkan keterampilan siswa menuliskan
sebuah topik dalam paragraf. Dalam model ini, siswa ditugaskan menuliskan
sebuah topik dalam satu paragraf. Dalam paragraf, siswa menuliskan minimal
dengan 5 (lima) kalimat. Tulisan tersebut dapat berbentuk sebuah anekdot atau
laporan pandangan mata.
Langkah-langkah
pembelajaran model ini adalah:
a.
Ajukan suatu topik kepada siswa.
b.
Tugaskan siswa untuk membatasi topik
yang dipilihnya dalam tulisan. Topik yang ditulis oleh siswa dibentuk dalam 1
(satu) paragraf, dengan minimal 5 (lima) kalimat penjelas.
c.
Komentari hasil tulisan siswa
berdasarkan ketepatan topik dan cara penulisan dalam paragraf.
3.
Model
Pengembangan Menulis Proses
a. Model
Langsung Menulis
Menulis
itu lebih baik dipahami sebagai ketrampilan, bukan sebagai ilmu. Sebagai
ketrampilan, menulis membutuhkan latihan, latihan, dan latihan. Sebagai ilmu
komposisi, Menulis mengajarkan ada sekian jenis paragraf dengan
contoh-contonhnya, ada sekian macam deskripsi, sekian macam narasi, sekian
macam eksposisi dan masing-masing disertai dengan contoh-contohnya, ada kalimat
inti dan sebagainya, yang kesemuanya itu tidak membuat siswa dapat menulis.
Terlalu banyak aturan akan membuat siswa gamang menulis. Seperti halnya latihan
berenang, tidak dimulai dengan teori. Seorang yang ingin belajar berenang
langsung disuruh menceburkan diri ke dalam air. Di situ ia dapat mulai dengan
bermain-main air, menggerak-gerakkan kaki di dalam air, belajar berani
mengambang di air dengan cara berpegangan pada pipa di pinggir kolam dan
seterusnya. Dengan demikian, menulis pun dapat dimulai tanpa harus tahu tentang
teori-teori menulis. Seseorang yang ingin belajar menulis langsung saja terjun
di kegiatan menulis yang sebenarnya. Ia dapat saja menulis hal-hal yang
sederhana tanpa harus memeperdulikan apakah tulisannya memenuhi persyaratan
komposisi atau tidak. Tulisan yang dibuatnya harus selesai semua. Ia boleh
menulis bagian mana saja yang desenanginya dan melanjutkannya kapan saja dan
dimana saja. Artinya, Penyelesaian karangan itu tidak terbatas pada jam
sekolah.
b. Model
Kebebasan Awal dan Akhir
Tidak
ada satu titik awal yang pasti dari mana pelajaran menulis harus dimulai. Dalam
pembelajaran sebuah ilmu ada titik mulai yang paling logis. Tetapi tidak
demikian dengan mengajarkan menulis, kita dapat memulainya dari bagian manapun
yang kita sukai. Kita dapat memulainya dengan mengajak siswa menulis cerita, laporan, deskripsi, puisi, atau apa
saja. Perlu diingat, kata kunci dalam pembelajaran menulis adalah mengajak siswa menulis. Dengan menggunakan kata kunci seperti itu
siswa dapat kita bawa kedalam situasi yang menyenangkan yang dapat membuat
siswa mulai menulis. Misalnya, Anda sebagai guru menuliskan kata air dipapan tulis. Kemudian anda
bertanya kepada siswa, Apakah mereka punya pengalaman menarik dengan air. Pasti jawabannya beragam. Anda
dapat mendaftar setiap ide tentang air
itu dipapan tulis.Sesudah itu, anda bertanya lebih lanjut, apakah mereka dapat
menceritakan pengalaman masing-masing kepada teman sebangkunya. Guru dapat
meminta kepada siswa yang mendengarkan cerita teman sebangkunya itu mencatat
apa yang didengarnya. Setelah cerita selesai sipencatat dapat menunjukan hasil
catatanya. Itulah hasil kolaborasi antar teman sebangku. Boleh saja cerita itu
kemudian dikembangkan lagi secara imajinatif atau dibiarkan begitu saja. Yang
pasti pada saat itu pada saat itu guru sudah berhasil mengajak para siswanya
mengarang yang dimulai dari mana pun. Kesan yang tertanam dari diri siswanya
mengarang yang dimulai dari manapun. Kesan yang tertanam dalam diri siswa dari
kiat yang telah digunakan guru dalam pembelajaran mengarang seperti itu bahwa
mengarang itu mudah.
Ketika
seseorang menulis, apapun yang ditulisnya, ia menggerahkan seluruh pengetahuan
dan kelaziman kebahasaan yang dimilikinya, termasuk kosakata, tata bahasa, dan
sebagainya, disamping juga hal-hal yang berkaitan dengan materi tulisannya,
bahkan kadang-kadang juga dengan suasana hatinya pada saat menulis serta banyak
faktor lainya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ketika seseorang menulis,
ia mencurahkan seluruh kepribadiannya kedalam tulisannya. Dengan demikian guru
harus bertindak sangat hati-hati ketika memulai pembelajaran menulis agar
kepribadian siswa tidak tersinggung dan agar siswa tidak benci terhadap guru
dan pelajaran menulis. Untuk itu guru harus mempunyai banyak teknik yang dapat
membuat kelas menjadi cair, tidak
tegang. Kelas harus dipenuhi dengan seloroh dan canda yang muncul dari guru
ataupun dari siswa. Seloroh dan canda sangat membantu bagi munculnya ide yang
segar dalam setiap pelajaran menulis.
c. Model
Menulis Nonlinear
Pelajaran menulis itu merupakan proses
nonlinear, artinya tidak harus ada urut-urutan tertentu dari a sampe ke z. Sebab kegiatan menulis merupakan proses yang berputar-putar dan
berulang-ulang. Dalam proses seperti itu tidaklah menjadi soal jika metari yang
sama diberikan dua atau tiga kali sebab dalam setiap pengulangan akan selalu
ada perubahan, disamping dengan sendirinya akan berlangsung pula proses-proses
internalisasi, konsolidasi, dan verifikasi yang akan menghasilkan kebiasaan dan
keterampilan yang semakin lama semakin menuju ke tingkat yang lebih sempurna
pada diri siswa. Maka guru juga harus memiliki sistem penilaian yang berbeda
dengan cara penilaian konvensional. Disini guru mengadakan kesepakatan terlebih
dahulu dengan siswa. Menilai karangan dalam pembelajaran menulis dengan
pendekatan proses harus ada kesesuaian antara kriteria penulisan guru dengan
pikiran, kreasi, keinginan, dan gaya yang digunakan siswa. Menilai karangan
merupakan hak guru, tapi siswa juga mempunyai hak untuk menghargai kreasinya.
Oleh sebab itu siswa boleh ditanya apa sikapnya terhadap tulisan yang
dihasilkannya.
4.
Model
Lintas Keterampilan Berbahasa
Membaca merupakan kunci keberhaslan dalam
menulis, karena dengan membaca akan berkembang wawasan yang akan mendorong
bakat menulis. Karena membaca dan menulis erat kaitannya, sehingga ada pendapat
mengatakan bahwa seseorang yang tidak gemar membaca, tidak akan menjadi
penulis. Ada beberapa teknik dalam mengembangkan menulis yaitu:
a. Bermain-main
dengan bahasa dan tulisan
Hal ini dapat melalui
permainan menulis yang biasa disebut menulis berantai atau menulis berkelompok
sebagai berikut:
·
Siswa dibagi dalam kelompok dengan jumlah 10
sampai 15 orang perkelompok.
·
Tentukan mana saja yang masuk kelompok satu,
dua dan seterusnya.
·
Siswa pertama dari suatu berita telah mempunyai
kalimat yang samapada setiap kertas, misal,” Hari minggu kemarin saya pergi ke
pantai”.
·
Siswa pertama bertugas menambahkan sebuah
kalimat, kemudian diserahkan pada siswa kedua yang akan menambahkan kalimat
lagi, dan seterusnya sampai siswa terakhir dalam suatu kelompok.
·
Sesudah itu kertas dikumpulkan dan guru
membacakan isi setiap kertas.
Ini akan menjadi proses pembelajaran menulis
yang menarik, karena adanya kesalahan yang dibuat oleh siswa, biasanya tentang
kesalahan koherensi, yaitu keterhubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat
sebelum atau sesudahnya.
b. Kuis
Minimal
ada tiga kuis yang dapat digunakan dalam setahunnya, yaitu kuis tanda baca,
kuis tata paragraf, dan kuis tanda kutip, tanda baca, dan tata paragraf
sekaligus.
c. Memberi
atau mengganti akhir cerita
Mengganti
akhir cerita merupakan latihan menulis yang sangat menyanangkan, efisien, dan
efektif. Dengan kerja yang tidak terlalu banyak dapat dicapai apa yang menjadi
tujuan pembelajaran yang diharapkan yaitu siswa gemar menulis. Yang menarik
dari kegiatan ini adalah dengan akhir baru, cerita atau dongeng itu menjadi
lebih menarik.
d. Menulis
meniru model: copy the master
Penggunaan
metode ini membutuhkan buku yang berisi banyak dan berbagai macam tulisan yang dapat dijadikan master atau model
pegangan. Sebuah model yang dipilih guru
dibaca bersama-sama dikelas. Kemudian baca pula analisis model itu (setiap
model disertai sedikit analisis mengenai bagus tidaknya tulisan itu dan
menelusuri jalan pikiran penulisnya ketika menciptakan tulisan itu, melihat
sistematika penulisannya, dll). Kemudian guru mrngajak siswa memikirkan objek
lain yang kira-kira dapat dituliskan dengan pola, gaya atau cara yang dipakai
dalam model itu. Selanjutnya, siswa menuliskan idenya yang sejalan dengan model
yang dibahas.
e. Pembelajaran
menulis diluar kelas
Hal ini
dapat dilakukan dengan cara melatih siswa menulis buku harian. Yang berisi
tentang pengalaman, kesan atau pikiran yang menarik. Selain dengan menulis
majalah dinding (Mading). Dapat pula dengan kliping. Dalam kliping siswa akan
mengumpulkan tulisan-tulisan yang mereka sukai yang sesuai dengan bakat dan
kepribadian mereka.
DAFTAR
PUSTAKA
Bakri,
Umar. 2009.Keterampilan Berbahasa.
(http://guru umarbakri.blogspot.com) diakses pada 4-10-2012
Effendy, Akip. tt. (http://akipeffendy.blogspot.com/2012/03/hak-i-kat-keterampilan-menulis.html) diakses pada 4-10-2012
Suparno. 2002. Keterampilan Dasar Menulis.
Jakarta: Depdiknas-UT
Tarigan,
H.G. 1987. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.