Evi Sulistyorini
PEMBAHASAN
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A.
Pengertian
Teori
Setelah
masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian
(kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan
generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan
penelitian (Sumardi Suryabrata, 1990). Landasan teori ini perlu ditegakkan agar
penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan
coba-coba (trial and error). Adanya
landasan teoritis ini merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data.
Selanjutnya
Sitirahayu Haditino (1999), menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti
yang penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan, dan
meramalkan gejala yang ada.
Mark
1963, dalam (Sitirahayu Haditino, 1999), membedakan adany tiga macam teori.
Ketiga teori yang dimaksud ini berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian
dapat dibedakan antara lain:
1. Teori
yang deduktif: memberi keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau
pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan diterangkan.
2. Teori
yang induktif: adalah cara menerangkan dari data ke arah teori. Dalam bentuk
ekstrim titik pandang yang positivistik inti dijumpai pada kaum behaviorist
3. Teori
yang fungsional: disini tampak suatu interaksi pengaruh antara data dan
perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan
dan pembentukan teori kembali mempengaruhi data.
Berdasarkan
pandangan ini dapatlah disimpulkan bahwa teori dapat dipandang sebagai berikut.
1. Teori
menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logis. Hukum-hukum ini
biasanya sifat hubungan yang deduktif.
Suatu hukum menunjukan
suatu hubungan antara variabel-variabel empiris yang bersifat ajeg dan dapat
diramal sebelumnya.
2. Suatu
teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu kelompok
hukum yang diperoleh secara empiris dalam suatu bilangan tertentu. Di sini
orang mulai dari data yang diperoleh dan dari data yang diperoleh itu datang
suatu konsep yang teoritis (induktif)
3. Suatu
teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang menggeneralisasi. Di
sini biasanya terdapat hubungan yang fungsional antara data dan pendapat yang
teoritis.
Berdasarkan
data tersebut di atas secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa, suatu teori
adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau siste pengertian
ini diperoleh melalui, jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji
kebenarannya, bila tidak, dia bukan suatu teori.
Teori
semacam ini mempunyai dasar empiris. Suatu teori dapat memandang gejala yang
dihadapi dari sudut yang berbeda-beda, misalnya dapat dengan menerangkan,
tetapi dapat pula dengan menganalisa dan menginterprestasi secara kritis
(Habermas, 1968). Misalkan menlukiskan suatu konflik antar generasi yang
dilakukan oleh ahli teori yang berpandangan emansipatoris akan berlainan dengan
cara melukiskan seorang ahi teori lain tidak berpandangan emansipatoris.
Selanjutnya Hoy & Miskel (2001)
mengemukakan contoh asumsi dalam bidang administrasi pendidikan.
1. Administrasi
merupakan generalisasi tentang perilaku semua manusia dalam organisasi
2. Administrasi
merupakan proses pengarahan dan pengendalian kehidupan dalam organisasi sosial
B. Tingkatan Dan Fokus Teori
— Tingkatan teori : micro, meso dan macro.
— Micro level theory : small slice of time, space or a
number of people. The concept are usually not very abstract.
— Meso level theory : attempts to link macro and micro
levels or to operate at an intermediate level.
— Macro level theory : concerns the operation of larger
aggregates such as social institutions, entire culture systems and whole societies.
It uses more concepts that are abstract.
— Fokus teori : teori substatif, teori formal dan middle
range theory.
— Subtantive theory is developed for a specific area of
social concern such as delinquent gangs, strikes, disforce or res relation.
— Formal theory is developed for a brand conceptual area
in general theory, such as deviance, socialization or power.
— Middle range theory are slightly more abstract than
empirical generalization or specific hypotheses. Middle range theories can be formal or substantive.
Middle range theory is principally used in sociology to guide empirical
inquiry.
Artinya:
·
Tingkatan teori : mikro , meso dan
makro.
·
Teori Mikro tingkat
: kecil sepotong waktu, ruang atau sejumlah orang. Konsep biasanya tidak
terlalu abstrak.
·
Meso
teori tingkat: upaya
untuk menghubungkan tingkat makro dan mikro atau untuk beroperasi pada tingkat menengah.
·
Tingkat
Makro Teori: menyangkut
pengoperasian agregat yang lebih besar seperti lembaga sosial,
sistem seluruh budaya dan seluruh masyarakat. Ia menggunakan konsep
lebih yang abstrak.
·
Fokus
Teori: Teori substatif,
Teori Dan resmi
menengah teori jangkauan.
·
Teori
substantif yang dikembangkan
untuk area spesifik dari kepedulian sosial seperti geng menunggak, pemogokan,
disforce atau hubungan res.
·
Teori formal dikembangkan
untuk daerah merek konseptual dalam teori umum, seperti penyimpangan, sosialisasi
atau kekuasaan.
·
Teori
kisaran Tengah sedikit
lebih abstrak dari generalisasi empiris
atau hipotesis tertentu. Teori kisaran menengah dapat
formal atau substantif. Teori
kisaran Tengah terutama
digunakan dalam sosiologi untuk
membimbing penyelidikan empiris.
Teori yang digunakan
untuk perumusan hipotesis yang akan diuji melaui pengumpulan data adalah
teori subtantif, karena teori ini lebih focus berlaku untuk objek yang akan
diteliti.
C.
Kegunaan Teori Dalam Penelitian
Teori-teiri
pendidikan dapat dibagi menjadi teori umum pendidikan dan teori khusus
pendidikan. Teori umum pendidikan dapat dibagi menjadi filsafat-filsafat
pendidikan dan Ausland pedagogic (studi pendidikan luar negeri).
Cooper and
Schindler ( 2003 ), menyatakan bahwa kegunaan teori dalam penelitian adalah:
1. Teori
mempersempit kisaran sebenarnya kita perlu mempelajari.
2. Teori
menyarankan pendekatan penelitian
yang mungkin untuk menghasilkan makna terbesar.
3. Teori
menyarankan sistem untuk penelitian
untuk memaksakan pada data dalam rangka mengklasifikasikan mereka
dalam cara yang paling bermakna.
4. Teori
merangkum apa yang diketahui tentang objek studi dan menyatakan keseragaman
yang berada di luar pengamatan langsung.
5. Teori
dapat digunakan untuk
memprediksi fakta lanjut yang harus ditemukan.
Selanjutnya
dinyatakan bahwa, ciri-ciri teori yang baik menurut Mouly adalah :
1. Sebuah
sistem teoritis harus
memungkinkan pengurangan yang diuji secara empiris.
2. Sebuah
teori harus kompatibel baik dengan observasi dan dengan teori sebelumnya divalidasi.
3. teori
harus dinyatakan dalam istilah yang sederhana, teori yang terbaik yang menjelaskan sebagian besar dalam bentuk
yang paling sederhana.
4.
teori-teori ilmiah harus didasarkan pada fakta-fakta
empiris dan hubungan.
Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus
sudah jelas karena teori di sini sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis dan
sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian. Oleh karena itu landasan
teori dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas apa yang akan
dipakai.
Teori digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang
lingkup atau konstruk variabel yang akan diteliti, untuk merumuskan hipotesis
dan menyusun instrumen penelitian karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan
pernyataan yang bersifat prediktif, untuk mencandra dan membahas hasil
penelitian sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dalam upaya
pemecahan masalah.
D.
Deskripsi Teori
Deskripsi
teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori dan
hasil-hasilpenelitian yang relevan dengan variable yang diteliti. Deskripsi
teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variable-variabel yang
diteliti melalui uraian yang mendalam dan lengkap dari berbagai referensi.
Variable-variabel yang tidak dapat dijelaskan dengan baik, baik dari segi
pengertian maupun kedudukan dan hubungan antar variable yang diteliti,
menunjukkan bahwa peneliti tidak menguasai teori dan konteks penelitian.
Langkah-langkah
untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut ;
1. Tetapkan
nama variable yang diteliti, dan jumlah variabelnya.
2. Cari
sumber bacaan yang relevan dengan setiap variable yang diteliti
3. Lihat
daftar isi setiap buku, dan pilih topic yang relevan dengan setiap variable
yang akan diteliti.
4. Cari
definisi setiap variable yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan,
bandingkan antaa satu sumber dengan sumber yang lain, dan pilih definisi yang
sesuai dengan penelitian yang dilakukan.
5. Baca
selouruh isi topic buku, analisa, renungkan dan buat rumusan dengan bahasa
sendiri.
6. Deskripsikan
teori-teori yang telah dibacadari berbagai sumber ke dalam bentuk tulisan
dengan bahasa sendiri.
E. Kerangka Berpikir
Uma Sekaran, dalam bukunya Business Research (1992) mengemukakan bahwa, kerangka berfikir
merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai
faktor yang telah dididentifikasi sebagai masalah yang penting.Kerangka
berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel
yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar
variabel independen dan dependen.
Kerangka berfikir dalam
suatu penelitian dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dengan
dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas dua variabel atau
lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan
deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap
variasi besaran variabel yang diteliti (Sapto Haryoko, 1999).
Langkah-langkah dalam
menyusun kerangka pemikiran yang selanjutnya membuahkan hipotesis adalah
sebagai berikut:
1.
Memantapkan
variabel yang diteliti
Untuk
menentukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam menyusun kerangka
berfikir untuk pengajuan hupotesis, maka harus ditetapkan terlebih dahulu
variabel penelitiannya. Berapa jumlah variabel yang diteliti, dan apakah nama
setiap variabel merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang akan dikemukakan.
2.
Membaca
Buku dan Hasil Penelitian (HP)
Setelah
variabel ditentukan, maka langkah berikutnya adalah membaca buku-buku dan hasil
penelitian yang relevan. Buku-buku yang dibaca dapat berbentuk buku teks,
ensiklopedia, dan kamus. Hasil penelitian yang dapat dibaca adalah, laporan
penelitian, Journal ilmiah, Skripsi, Tesis, dan Disertasi.
3.
Deskripsi
Teori dan Hasil Penelitian (HP)
Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan
dikemukakan teori-teori yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Deskripsi
teori berisi tentang definisi terhadap masing-masing variabel yang diteliti,
dan kedudukan antara variabel satu dengan yang lain dalam konteks penelitian
tertentu.
4.
Analisis
Kritis terhadap Teori dan Hasil Penelitian
Pada
tahap ini peneliti melakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori dan
hasil penelitian yang telah dikemukakan. Dalam analisis ini, peneliti akan
mengkaji apakah teori-teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu
betul-betul sesuai dengan objek penelitian atau tidak.
5.
Analisis
Komparatif terhadap teori dan hasil penelitian
Analisis
komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan yang
lain, dan hasil penelitian satu dengan yang lain, sehingga peneliti dapat
memadukan antara teori satu dengan yang lain, atau mereduksi jika dipandang
terlalu luas.
6.
Sintesa
/ Kesimpulan
Selanjutnya
peneliti dapat melakukan sintesa atau kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa
antara variabel satu dengan variabel yang lain akan menghasilkan kerangka
berfikir.
7.
Kerangka
Berfikir
Kerangka
berfikir yang dihasilkan dapat berupa kerangka berfikir yang asosiatif/hubungan
maupun komparatif/perbandingan. Kerangka berfikir asosiatif misalnya “Jika guru kompeten, maka hasil belajar akan
tinggi”.
8.
Hipotesis
Berdasarkan
kerangka berpikir tersebut selanjutnya disusun hipotesis. Bila kerangka
berfikir berbunyi “Jika guru kompeten,
maka hasil belajar akan tinggi” maka hipotesisnya berbunyi “ ada hubungan
yang positif dan signifikan antara kompetensi guru dengan hasil belajar.
Selanjutnya Uma Sekaran
(1992) mengemukakan bahwa kerangka berfikir yang baik, memuat hal-hal sebagai
berikut:
1. Variabel
– variabel yang akan diteliti harus dijelaskan.
2. Diskusi
dalam kerangka berfikir harus dapat menjelaskan dan menunjukan
pertautan/hubungan antar variabel yang diteliti, dan ada teori yang mendasari.
3. Diskusi
juga harus menunjukan dan menjelaskan
apakah hubungan antar variabel itu positif atau negatif, berbentuk
simetris,kausal atau interaktif (Timbal balik)
4. Kerangka
berfikir tersebut selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk diagram (Paradigma
penelitian), sehingga pihak lain dapat memahami kerangka pikir yang dikemukakan
dalam penelitian.
F. Hipotesis
Perumusan
hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian, setelah
peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Tetapi perlu
diketahui bahwa tidak setiap penelitian harus merumuskan hipotesis. Penelitian
yang bersifat ekploratif dan deskriptif sering tidak perlu merumuskan
hipotesis.
Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitan, dimana rumusan
masalah peneliitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan
sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban
teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan
data.
Dalam
hal ini, perlu dibedakan pengertian hipotesis penelitian dan hipotesis statistik.
Hipotesis statistik itu ada bila penelitian bekerja dengan sampel. Jika
penelitian tidak menggunakan sampel, maka tidak ada hipotesis statistik. Dalam
suatu penelitian dapat terjadi ada hipotesis penelitian, tetapi tidak ada
hipotesis statistik. Ingat bahwa, hipotesis itu berupa jawaban sementara
terhadap rumusan masalah dan hipotesis yang akan diuji dinamakan hipotesis
kerja. Sebagai lawannya adalah hipotesis nol (nihil), hipotesis kerja disusun
berdasarkan teori yang dipandang handal, sedangkan hipotesis nol dirumuskan
karena teori yang digunakan masih diragukan kehandalannya. Hipotesis kerja
dinyatakan dalam kalimat positif dan hipotsis nol dinyaakan dalam kalimat
negatif.
Contoh
hipotesis penelitiannya
Kemampuan
bahasa asing murid SLTA itu rendah (hipotesis deskriptif untuk popilasi,
hipotesis ini sering tidak dirumuskan dalam penelitian sosial)
Contoh
hipotesis penelitian yang mengandung hipotesis statistik :
Ada
perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar dalam sampel dengan
populasi. Prestasi belajar anak paling tinggi dengan nilai 6,5 (hipotesis
deskriptif, sering tidak dirumuskan dalam penelitian).
Dalam
Hipotesis statistik, yag diuji adalah hipotesis nol, hipotesis yang menyatakan
tidak ada perbedaan antara data sampel, dan data populasi. Yang diuji hipotesis
nol karena peneliti tidak berharap ada
perbedaan antara sampel populasi dan atau statistik dan parameter. Parameter adalah ukuran-ukuran yang
berkenaan dengan populasi, dan statistik disini
diartikan sebagai ukuran-ukuran yang berkenaan dengan sampel.
1.
Bentuk
Bentuk Hipotesis
Bentuk-bentuk
hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bentuk
hipotesis ada tiga yaitu sebagai berikut:
a.
Hipotesis
Deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara
terhadap masalah deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri.
Contoh
:
1)
Rumusan
Masalah Deskriptif
a) Berapa
lama daya tahan berdiri karyawan toko lulusan SMK?
b) Seberapa
semangat belajara mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri?
2)
Hipotesis
Deskriptif
Daya tahan berdiri
karyawan toko lulusan SMK sama dengan 6 jam perhari (Ho). Ini merupakan
hipotesis nol, karena daya tahan berdiri karyawan lulusan SMK yang ada pada
sampel diharapkan tidak berbeda secara signifikan dengan daya tahan yang ada
pada populasi. (angka 6 jam/hari merupakan angka hasil pengamatan sementara).
Hipotesis alternatifnya adalah : Daya tahan karyawan toko lulusan SMK ≠ 600
jam. “Tidak sama dengan”. Ini bisa berarti lebih besar atau lebih kecil dari
600 jam
3) Hipotesis
Statistik (hanya ada bila berdasarkan data sampel)
Ho : µ = 6 jam/hari
Ha : µ ≠ 6 jam/hari
µ
: adalah nilai rata-rata populasi yang dihipotesiskan atau ditaksir melalui
sampel.
b.
Hipotesis
Komparatif
Hipotesis
komparatif merupakan jawaban sementara tehadap rumusan masalah komparatif. Pada
rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang berbeda, atau
keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.
Contoh:
1)
Rumusan
Masalah Komparatif
Bagaimana prestasi
belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X bila dibandingkan dengan Perguruan Tinggi
Y?
2)
Hipotesis
Komparatif
Berdasarkan rumusan
masal komparatif tersebut dapat dikemukakan tiga
model hipotesis nol dan alternatif, sebagai berikut:
Hipotesis
Nol:
1) Ho : Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar
mahasiswa perbedaan prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X dengan
Perguruan Tinggi Y; atau terdapat persamaan prestasi belajar mahasiswa perbedaan
prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X dengan Perguruan Tinggi Y, atau
2) Ho
: Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih besar atau sama dengan
(≥) Perguruan Tinggi Y (“lebih besar atau sama dengan)” = paling sedikit).
3) Ho
: Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih kecil atau sama dengan
(≤) Perguruan Tinggi Y (“lebih kecil atau sama dengan)” = paling besar).
Hipotesis Alternatif:
1) Ha : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X
lebih besar (atau lebih kecil) dari perguruan tinggi Y.
2) Ha : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X
lebih kecil dari pada (<) perguruan tinggi Y.
3) Ha : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X
lebih besar dari pada (>) perguruan
tinggi Y.
3)
Hipotesis
Statistik dapat dirumuskan sebagai berikut :
|
Ha
: µ1 ≠ µ2
2.)
Ho : µ1 ≥ µ2
Ha
: µ1 < µ2
3.)
Ho : µ1 ≤ µ2
Ha
: µ1 > µ2
c. Hipotesis Asosiatif
Hipotesis
assosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu
yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
1) Rumusan
Masalah Asosiatif
Adakah hubungan yang
positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan iklim kerja
sekolah.
2) Hipotesis
Penelitian
Terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan iklim kerja
sekolah.
3) Hipotesis
Statistik
Ho : ρ = 0 ------ 0
berarti tidak ada hubungan.
Ha
: ρ ≠ 0 ------“Tidak sama dengan nol”
berarti lebih besar atau kurang (-) dari nol berarti ada hubungan,
ρ
= Nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.
2.
Paradigma
Penelitian, Rumusan Masalah dan Hipotesis
Dengan
paradigma penelitian, peneliti dapat menggunakan sebagai panduan untuk merumuskan
masalah, dan hipotesis penelitiannya, yang selanjutnya dapat digunakan untuk
panduan dalan pengumpulan data dan analisis. Pada setiap paradigma penelitian
minimal terdapat satu rumusan masalah penelitian, yaitu masalah deskriptif.
Berikut ini contoh judul penelitian, paradigma, rumusan masalah, dan hipotesis
penelitian.
a.
Judul
Penelitian
Hubungan antara gaya
kepemimpinan Kepala Sekolah dengan prestasi belajar murid. (Gaya kepemimpinan
adalah variabel independen (X) dan Prestasi belajar adalah variabel dependen
(Y)).
b.
Paradigma
Penelitian
![]() |
c.
Rumusan
Masalah
1) Seberapa
baik gaya kepemimpinan Kepala Sekolah yang ditampilkan? (Bagaimana X?)
2) Seberapa
baik prestasi belajar siswa? (Bagaimana Y?)
3) Adakah
hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan Kepala Sekolah
dengan prestasi belajar siswa? (Adakah hubungan antara X dan Y?) Butiran ini
merupakan rumusan masalah asosiatif.
4) Bila
sampel penelitiannya golongan guru golongan III dan IV, maka rumusan masalah
komparatifnya adalah:
a) Adakah
perbedaan persepsi antara guru Golongan III, dan IV tentang gaya kepemimpinan
kepala sekolah?
b) Adakah
perbedaan persepsi antara guru Gol III, dan IV tentang prestasi belajar murid.
d.
Rumusan
Hipotesis Penelitian
1) gaya
kepemimpinan yang ditampilkan Kepala Sekolah (X) ditampilkan kurang baik, dan
nilainya paling tinggi 60% dari kriteria yang diharapkan.
2) Prestasi
belajar murid (Y) kurang memuaskan, dan nilainya paling tinggi 65.
3) Terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan
prestasi belajar murid, Artinya makin baik kepemimpinan kepala sekolah maka
akan semakin baik prestasi belajar murid.
4) Terdapat
perbedaan persepsi tentang gaya kepemimpinan antara Gol I, II, III.
5) Terdapat
perbedaan persepsi tentang prestasi kerja antara guru Gol III dan IV.
Untuk bisa diuji dengan statistik, maka
data ang didaptkan harus diangkakan. Untuk bisa diangkakan, perlu instrumen
yang memiliki skala pengukuran. Untuk judul diatas ada dua instrumen, yaitu
instrumen gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dan prestasi belajar murid.
3.
Karakteristik
Hipotesis yang Baik
a. Merupakan
dugaan terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan keadaan variabel pada
berbagai sampel, dan merupakan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau
lebih.
b. Dinyatakan
dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan berbagai penafsiran.
c. Dapat
diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah.
terima kasih,, sangat membantu....
BalasHapusBagus dan sangat membantu, ohya aku request daftar pustakanya dong mbak. :)
BalasHapussalam kenal ya
http://dhe-ujha.blogspot.com/
Bagaimana hubungan antara landasan teori, kerangka berfikir dan pengajuan hipotesis
BalasHapus