Jumat, 12 April 2013

KETERAMPILAN MENULIS DI SD




A.  Hakikat ketrampilan menulis
1.        Pengertian menulis
Pengertian menulis menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang di pahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca langsung lambang- lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu ( Lado,1964).

Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan,Rusyana ( 1998:191).

Menulis adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat di pahami pembaca (tarigan, 1986:21).

Menulis adalah suatu proses menyusun, mencatat, dan megkomunikasikan makna dalam tataran ganda bersifat interaktif dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan suatu sistem tanda konvesional yang dapat dilihat/dibaca (Tatkala, 1982).

Berdasarkan kosep di atas dapat dikatakan bahwa menulis merupakan komunikasi tidak langsung yang berupa pemindahan pikiran atau perasaan dengan memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata dengan menggunakan simbol-simbol sehingga dapat dibaca seperti apa yang diwakili oleh simbol tersebut.

2.        Tujuan menulis
Hugo Hartig dalam tarigan (1986: 24-25) merumuskan tujuan menulis di antaranya adalah :
1)      Tujuan penugasan,
Penulis sebenarnya tidak memilki tujuan karena orang yang menulis melakukannya karena tugas yang diberikan kepadanya.
2)      Tujuan altruistik
Penulis bertujuan untuk menyenangkan pembaca, menghindarkan kedudukan pembaca, ingin menolong pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.



3)      Tujuan persuasif
Penulis bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.
4)      Tujuan informasional
Penulis bertujuan memberi informasi atau keterangan kepada para pembaca.
5)      Tujuan pernyataan diri
Penulis bertujuan memperkenalkan atau menyatakan dirinya kepada pembaca.
6)      Tujuan kreatif penulis
Penulis bertujuan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik,nilai-nilai kesenian.
7)      Tujuan pemecahan masalah
Penulis bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

3.        Fungsi menulis
Fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Dengan menulis memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan–hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkam masalah-masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman, dapat menyumbangkan kecerdasan.
Bernard Percy secara rinci fungsi menulis adalah:
1)      Sarana untuk mengungkapkan diri yaitu untuk mengungkapkan perasaan hati seperti kegelisahan, keinginan amarah,
2)      Menulis sebagai sarana pemahaman artinya dengan menulis seseorang bisa mengikat kuat suatu ilmu pengetahuan (menancapkan pemahaman ) kedalam otaknya.
3)      Menulis dapat membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan,perasaan harga diri artinya dengan menulis bisa melejitkan perasaan harga diri yang semula rendah degan menulis dapat meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan artinya orang yang menulis selalu dituntut untuk terus menerus belajar sehinnga pengetahuannya menjadi luas.
4)      Menulis dapat meningkatkan keterlibatan secara bersemangat bukannya penerimaan yang pasrah, artinya dengan menulis seseorang akan menjadi peka terhadap apa yang tidak benar disekitarnya sehingga ia menjadi seoarang yang kreatif.
5)      Menulis mampu mengembangkan suatu pemahaman dan kemampuan menggunakan bahasa artinya dengan menulis seseorang akan selalu berusaha memilih bentuk bahasa yang tepat dan menggunakannya dengan tepat.

4.        Teori menulis
Teori menulis yang berkembang saat ini adalah menulis model proses. Dengan model ini menulis dilakukan dengan pentahapan – pentahapan yaitu :
1)      Pra menulis (prewriting)
Pada tahap ini kegiatannya berupa siswa memilih topik, siswa mengumpulkan dan menyesuaikan ide-ide, siswa mengidentifikasi pembacanya, siswa mengidentifikasi tujuan menulis siswa memilih bentuk yang sesuai berdasarkan pembaca dan tujuan menulis, dengan aktifitas pengarang persiapan menulis cerita, menggambar, membaca, memikirkan tulisan, menyusun gagasan dan mengembangkan rencana.
2)      Pengedrafan (drafting)
Pada tahap ini siswa menulis draf kasar, siswa siswa menulis pokok-pokok yang menarik pembaca, siswa lebih menekankan isi dari pada mekanik, dengan aktifitas pengarang merangkaikan gagasan dalam sebuah tulisan tanpa memperhatikan kerapian atau mekanik.
3)      Merevisi (revising)
Pada tahap ini siswa membagi tulisanya kepada kelompok, siswa mendiskusikan tulisanya kepada temannya, siswa membuat perbaikan sesuai komentar teman dan gurunya, siswa membuat perubahan subtantif dan bukan sekedar perubahan minor antara draf pertama dan kedua. setelah mendapat saran –saran dari orang lain pengarang dapat membuat beberapa perubahan dan perubahan itu dapat melibatkan orang lain.
4)      Mengedit (editing )
Pada tahap ini siswa mebaca ulang tulisanya, siswa membantu baca ulang tulisan temannnya, siswa mengidentifikasi kesalahan mekanisme dan membetulkannya.
5)      Mempublikasikan (publishing)
Pada tahap ini siswa mempublikasikan tulisannya dalam bentuk yang sesuai, siswa membagi tulisanya yang sudah selesai kepada teman sekelasnya.

5.        Pendekatan pembelajaran menulis di SD
Pendekatan yang disarankan dalam pembelajaran menulis meliputi :
1.      pendekatan komunikatif
pendekatan komunikatif memfokuskan pada keterampilan siswa mengimplementasikan fungsi bahasa (untuk berkomunikasi) dalam pembelajaran, pendekatan komunikatif tampak pada pembelajaran, misalnya: mendeskripsikan suatu benda, menulis surat, dan membuat iklan.
2.      Pendekatan integratif
Pendekatan integratif menekankan keterpaduan empat aspek keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) dalam pembelajaran. Pendekatan ini tampak pada butir pembelajaran, misalnya: menceritakan pengalaman yang menarik, menuliskan suatu peristiwa sederhana, membaca bacaan kemudian membuat ikhtisar, dan meringkas cerita yang didengar.
3.      Pendekatan keterampilan proses
Pendekatan keterampilan proses memfokuskan keterampilan siswa dalam mengamati, mengklasifikasi, menginterpretasi, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses ini tampak pada butir pembelajaran, misalnya: melaporkan hasil kunjungan, menyusun laporan pengamatan, membuat iklan, dan menyusun kalimat acak menjadi paragraf yang padu.
4.      Pendekatan tematis
Pendekatan tematis menekankan tema pembelajaran sebagai payung/pemandu dalam pembelajaran.pendekatan tematis, tampak pada butir pembelajaran, misatnya: menulis pengalaman dalam bentuk puisi, dan menyusun naskah sambutan.
Pendekatan-pendekatan tersebut pada hakikatnya mempunyai karakteristik yang sama dengan pendekatan konstruktivisme, yaitu memandang siswa di dalam pembelajaran sebagai subjek pembelajaran bukan sebagat objek pembelajaran. Dalam hal ini, peran guru sebagai motivator dan fasilitator di dalam membangkitkan potensi siswa dalam membangun/mengkonstruksi gagasan/ide masmg-masing di dalam pembelajaran.

B.            Pemetaan Materi Menulis SD
Berdasarkan jenjang kelas di SD pembelajaran menulis dibedakan menjadi 2 ( dua ) yaitu :
1.      Pembelajaran menulis permulaan
Kegiatan ini biasa disebut dengan hand writing, yaitu cara merealisasikan simbol- simbol bunyi dan cara menulisnya dengan baik dan benar. Tingkatan ini terkait dengan strategi atau cara mewujudkan simbol-simbol bunyi bahasa menjadi huruf- huruf yang dapat dikenali secara konkret.
Tujuan menulis permulaan adalah agar siswa dapat menulis kata-kata dan kalimat sederhana dengan tepat. Pada menulis permulaan siswa diharapkan untuk dapat memproduksi tulisan dapat dimulai dengan tulisan eja. Contoh tulisan e,d,f,k,j dan dapat berupa suku kata seperti su-ka, ma-ta, ha-rus, lu-ka serta dalam bentuk kalimat sederhana. Seperti halnya membaca permulaan, menulis permulaan juga dapat menggunakan metode-metode seperti metode abjad, metode suku kata, metode global dan metode SAS. Pembelajaran permulaan ini terjadi pada kelas rendah yaitu kelas I dan kelas II.
Ruang lingkup pembelajaran menulis di kelas rendah antara lain sebagai berikut :
·         Kelas I ( satu )
Menulis permulaan di kelas I ini menggunakan huruf-huruf kecil, tujuannya siswa dapat memahami cara menulis permulaan dengan ejaan yang benar dan mengkomunikasikan ide/pesan secara tertulis, materi pelajaran menulis permulaan dikelas I SD disajikan secara bertahap dengan menggunakan pendekatan huruf, suku kata, kata-kata atau kalimat.
·         Kelas II ( dua )
Menulis permulaan di kelas II ini menggunakan huruf – huruf besar pada pada awal kalimat dan penggunaan tanda baca, tujuannya siswa memahami cara menulis permulaan dengan ejaan yang benar dan mengkomunikasikan ide/pesan secara tertulis, untuk memperkenalkan cara menulis huruf besar di kelas II SD mempergunakan pendekatan spiral maksudnya huruf demi huruf diperkenalkan secara berangsur-angsur sampai pada akhirnya semua huruf dikuasai oleh para siswa.

2.      Pembelajaran menulis lanjutan ( pemahaman )
Pembelajaran menulis ini terdapat dikelas III, IV, V, VI. Tujuan menulis lanjut adalah agar siswa mampu menuangkan pikiran dan perasaannya dengan bahasa tulis secara teratur dan teliti. Yang membedakan menulis permulaan dengan menulis lanjut adalah adanya kemampuan untuk mengembangkan skema yang ada yang telah diperoleh sebelumnya untuk lebih mengembangkan hal-hal yang akan ditulis.
Teknik dan Model Pembelajaran Menulis Cerita berdasarkan butir-butir pembelajaran menulis di kelas tinggi (kelas 3-6) SD terdapat ragam teknik pembelajaran menulis. Teknik pembelajaran menulis dikelompokkan menjadi dua, yakni menulis cerita dan menulis untuk keperluan sehari-hari :
·         Menulis cerita
Menulis cerita Teknik ini terdiri atas 6 macam, yaitu:
1)      Menyusun kalimat.
Teknik menyusun cerita dapat dilakukan dengan: menjawab pertanyaan, melengkapi kalimat memperbaiki susunan kalimat, memperluas kalimat, subtitusi, transfomtasi dan membuat kalimat.
2)      Teknik memperkenalkan cerita Meliputi : baca dan tulis, simak dan tulis
3)      Meniru model
4)      Menyusun paragaf
5)      Menceritakan kembali
6)      Membuat.


·         Menulis untuk keperluan sehari-hari
Menulis untuk keperluan sehari-hari meliputi ragam menulis: menulis surat, menulis pengumuman, mengisi formulir, menulis surat undangan, membuat iklan, dan menyusun daftar riwayat hidup. Model pembelajaran menulis cerita/cerpen di SD meliputi: menceritakan gambar, melanjutkan cerita lain, menceritakan mimpi, menceritakan pengalaman, dan menceritakan cita-cita

C.    Model –Model Pengembangan Pembelajaran Ketrampilan Menulis Di SD

1.         Model Pengembangan MMP
Model pengembangan MMP (Membaca Menulis Permulaan) ini ditunjukan untuk praktikkan di kelas I dan II. Model-model pengmbangan ini dilandasi oleh pendekatan-pendekatan pembelajaran bahasa dan sastra indonesia di SD.
a.     Membaca Nyaring
b.    Menjiplak dan Menuliskan huruf o dan I
c.     Mengisi Suku Kata atau Huruf
d.    Menuliskan Kalimat dengan Huruf Tegak Bersambung

2.         Model Pengembangan Menulis Informal
Dasar-dasar pengembangan menulis informal adalah setiap kegiatan menulis harus melalui langkah-langkah (proses) menulis yang bertahap, tetapi sebuah tulisan dapat dihasilkan oleh penulisnya. Tompkins menyatakan “Ternyata menulis cepat tanpa melalui lima tahap proses menulis diperlukan oleh siswa, terutama diperlukan untuk menuliskan ide dan kata-kata kunci dalam kegiatan curah pendapat, menuliskan pesan pada tabel ”KWL” membuat diagram pemetaan semantik, menulis cepat untuk merespon hasil kegiaatan (saat) membaca atau mempelajari sesuatu atau mempelajari sesuatu. Tulisan yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, tidak perlu disempurnakan, dirapikan sepeti untuk tulisan formal. Dalam tulusan itu, siswa sudah menyampaikan pesan secara utuh.
Tidak setiap siswa memiliki ketrampilan menulis informal. Untuk itu perlu dikembangkan model pembelajaran menulis informal yang sesuai dengan tuntutan siswa.   Berikut ini adalah model pembelajaran menulis informal. Dalam konteks ini, model pembelajan menulis informal itu disebut ”CITRA” (Cari Ide Tuliskan Tanpa Ragu). Di asumsikan bahwa setiap siswa memiliki “skemata” yang dapat dikomunikasikan kedalam bentuk tulisan sesaat setelah itu dimunculkan dari wilayah mental siswa. Guru berperan sebagai pemotivasi dan fasilitator siswa untuk memancing pemunculan ide yang akan dituliskan. Caranya, guru menugaskan siwa untuk melakukan suatu kegiatan atau mengajukan pertanyaan pancingan. Variabel dari model Citra adalah sebagai berikut:

a.     Model Pembelajaran Citra 1
Model Pembelajaran Citra 1 ditunjukkan untuk meningkatkan ketrampilan siswa menuliskan ide atau kata-kata kunci dalam kegiatan curah pendapat. Langkah-langkah pembelajaran model ini adalah:
1)   Ajukan sebuah topik kepada siswa
2)   Tugaskan siswa menuliskan ide atau kata kunci yang berhubungan dengan topik.
3)   Periksa hasil tulisan siswa, dalam hal ini ide atau kata kunci yang tidak berhubungan yang menjadi fokus pemeriksaan. Artinya guru memeriksa ide atau kata kunci yang tidak berhubungan dengan topik. Itulah yang dikomentari oleh guru.

b.    Model Pembelajaran Citra 2
Model pembelajaran citra 2 ditunjukan untuk meningkatkan ketrampilan siswa menuliskan ide atau kata-kata kunci dalam tabel “KWL” (What I know, What I want to find out, What I learned )
Langkah-langkah pembelajaran model ini adalah:
1)      Ajukan sebuah topik kepada siswa
2)      Tugaskan siswa memilah, memilih, dan meyusun ide yang berkaitan dengan topik.
3)      Tugaskan siswa menuliskan ide yang berkaitan dengan topik kedalam tabel berikut.
K
W
L








c.     Model Pembelajaran Citra 3
            Model pembelajaran Citra 3 ditujukan untuk meningkatkan keterampilan siswa menuliskan ide, kata-kata kunci  atau fraseyang berkaitan dengan suatu topic ke dalam bentuk diagram (kluster). Ada lima diagram yang digunakan untuk menuliskan topic yang diajukan kepada siswa.
a.    Kluster Penceritaan
Topik diuraikan menjadi tiga pilihan awal, tengah dan akhir.
Awal                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                      l
Tengah
Topik
Akhir

                                   
           






b.   Kluster 5W + 1H
Topik diuraikan dengan menjawab pertanyaan What (apa), Who (siapa), When (kapan), Where (dimana), Why (mengapa), dan How (bagaimana).







What
Who
When
How
Where
Why
Topik







c.                      Kluster Penginderaan
                    Topik dipilah menjadi lima pilahan berdasarkan pengalaman penginderaan, see (penglihatan), smell (penciuman), touch (perabaan), hear (pendengaran), dan taste (pengecapan). Hasil penginderan tersebut dituliskan dalam diagram.
see
smile
taste
hear
touch
Topik







d.                     Kluster Pelaporan
                 Topik dipilah untuk melaporkan tentang hakikat sesuatu atau melaporkan suatu fenomena berdasarkan penjawaban pertanyaan, misalnya: (1) What doet it look like? (2) Where does it live? (3) What does it eat? (4) What isspecial about it? Dan (5)How does it protect it self? Hasilnya dilaporkan/dituliskan ke dalam diagram.



1
2
5
4
3
Animal
                







e.                      Kluster Pemetaan Semantik
Kluster pemetaan semantik digunakan untuk merumuskan topik karangan atau tulisan berdasarkan suatu topik utama. Topik yang dituliskan dalam diagram adalah:
1)             Topik Utama (TU) karangan/tulisan.
2)             Topik Paragraf (TP) pada karangan/tulisan.
3)             Topik Kalimat (PK) pada karangan/tulisan yang dibatasi berdasarkan pengalaman penginderaan dan penjawaban 5W + 1H.






TK
TK
TK
TK
TK
TK
TP
TP
TK
TK
TK
TP
TK
TU
TK
TK
TK
TK
TK
TK
TP
Seluruh topik itu dituliskan ke dalam diagram berikut.









Langkah-langkah model pembelajaran ini adalah:
a. Ajukan topik kepada siswa.
b.Tugaskan siswa memilah, memilih dan menyusun ide, kata-kata kunci atau frase yang berkaitan dengan topik, kemudian menuliskan ke dalam diagram.
c. Periksa diagram (kluster) yang sudah dikerjakan oleh siswa. Komentari hal-hal yang tidak sesuai dengan topik.

4. Model Pembelajaran Citra 4   
Model pembelajaran Citra 4 ditujukan untuk meningkatkan keterampilan siswa menuliskan tanggapan (respons) singkat dalam bentuk tulisan terhadap suatu fenomena atau suatu hal. Berdasarkan suatu topik atau tema yang disampaikan oleh guru, siswa ditugaskan menanggapi secara singkat dalam bentuk tulisan. Tanggapan secara singkat adalah tulisan yang berbentuk kalimat tunggal (1 S P O K) atau berbentuk frase.
Langkah-langkah pembelajaran model ini adalah:
a.       Guru menyampaikan sebuah topic kepada siswa, misalnya: Korupsi merupakan perbuatan yang merugikan Negara dan mempertinggi angka penderitaan masyarakat. Sudah banyak bukti aparat yang terlibat dalam korupsi negeri ini. Bagaimana tanggapan anda tentang hal itu?
b.      Siswa ditugaskan untuk menuliskan tanggapan terkait dengan topik itu. Tulisan siswa harus singkat dan tidak berbentuk kalimat.
Misalnya:
-          Mari perangi KORUPSI!
-          Kucinta negeriku, kubenci koruptor di negeriku.
c.       Periksa tulisan siswa dan komentari kesesuaiannya dengan topik yang diajukan.
5. Model Pembelajaran Citra 5
Model pembelajaran Citra 5 ditujukan untuk meningkatkan keterampilan siswa menuliskan sebuah topik dalam paragraf. Dalam model ini, siswa ditugaskan menuliskan sebuah topik dalam satu paragraf. Dalam paragraf, siswa menuliskan minimal dengan 5 (lima) kalimat. Tulisan tersebut dapat berbentuk sebuah anekdot atau laporan pandangan mata.
Langkah-langkah pembelajaran model ini adalah:
a.    Ajukan suatu topik kepada siswa.
b.   Tugaskan siswa untuk membatasi topik yang dipilihnya dalam tulisan. Topik yang ditulis oleh siswa dibentuk dalam 1 (satu) paragraf, dengan minimal 5 (lima) kalimat penjelas.
c.    Komentari hasil tulisan siswa berdasarkan ketepatan topik dan cara penulisan dalam paragraf.

3.         Model Pengembangan Menulis Proses
a.     Model Langsung Menulis
Menulis itu lebih baik dipahami sebagai ketrampilan, bukan sebagai ilmu. Sebagai ketrampilan, menulis membutuhkan latihan, latihan, dan latihan. Sebagai ilmu komposisi, Menulis mengajarkan ada sekian jenis paragraf dengan contoh-contonhnya, ada sekian macam deskripsi, sekian macam narasi, sekian macam eksposisi dan masing-masing disertai dengan contoh-contohnya, ada kalimat inti dan sebagainya, yang kesemuanya itu tidak membuat siswa dapat menulis. Terlalu banyak aturan akan membuat siswa gamang menulis. Seperti halnya latihan berenang, tidak dimulai dengan teori. Seorang yang ingin belajar berenang langsung disuruh menceburkan diri ke dalam air. Di situ ia dapat mulai dengan bermain-main air, menggerak-gerakkan kaki di dalam air, belajar berani mengambang di air dengan cara berpegangan pada pipa di pinggir kolam dan seterusnya. Dengan demikian, menulis pun dapat dimulai tanpa harus tahu tentang teori-teori menulis. Seseorang yang ingin belajar menulis langsung saja terjun di kegiatan menulis yang sebenarnya. Ia dapat saja menulis hal-hal yang sederhana tanpa harus memeperdulikan apakah tulisannya memenuhi persyaratan komposisi atau tidak. Tulisan yang dibuatnya harus selesai semua. Ia boleh menulis bagian mana saja yang desenanginya dan melanjutkannya kapan saja dan dimana saja. Artinya, Penyelesaian karangan itu tidak terbatas pada jam sekolah.
      
b.    Model Kebebasan Awal dan Akhir
Tidak ada satu titik awal yang pasti dari mana pelajaran menulis harus dimulai. Dalam pembelajaran sebuah ilmu ada titik mulai yang paling logis. Tetapi tidak demikian dengan mengajarkan menulis, kita dapat memulainya dari bagian manapun yang kita sukai. Kita dapat memulainya dengan mengajak siswa menulis cerita, laporan, deskripsi, puisi, atau apa saja. Perlu diingat, kata kunci dalam pembelajaran menulis adalah mengajak siswa menulis.  Dengan menggunakan kata kunci seperti itu siswa dapat kita bawa kedalam situasi yang menyenangkan yang dapat membuat siswa mulai menulis. Misalnya, Anda sebagai guru menuliskan kata air dipapan tulis. Kemudian anda bertanya kepada siswa, Apakah mereka punya pengalaman menarik dengan air. Pasti jawabannya beragam. Anda dapat mendaftar setiap ide tentang air itu dipapan tulis.Sesudah itu, anda bertanya lebih lanjut, apakah mereka dapat menceritakan pengalaman masing-masing kepada teman sebangkunya. Guru dapat meminta kepada siswa yang mendengarkan cerita teman sebangkunya itu mencatat apa yang didengarnya. Setelah cerita selesai sipencatat dapat menunjukan hasil catatanya. Itulah hasil kolaborasi antar teman sebangku. Boleh saja cerita itu kemudian dikembangkan lagi secara imajinatif atau dibiarkan begitu saja. Yang pasti pada saat itu pada saat itu guru sudah berhasil mengajak para siswanya mengarang yang dimulai dari mana pun. Kesan yang tertanam dari diri siswanya mengarang yang dimulai dari manapun. Kesan yang tertanam dalam diri siswa dari kiat yang telah digunakan guru dalam pembelajaran mengarang seperti itu bahwa mengarang itu mudah.
Ketika seseorang menulis, apapun yang ditulisnya, ia menggerahkan seluruh pengetahuan dan kelaziman kebahasaan yang dimilikinya, termasuk kosakata, tata bahasa, dan sebagainya, disamping juga hal-hal yang berkaitan dengan materi tulisannya, bahkan kadang-kadang juga dengan suasana hatinya pada saat menulis serta banyak faktor lainya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ketika seseorang menulis, ia mencurahkan seluruh kepribadiannya kedalam tulisannya. Dengan demikian guru harus bertindak sangat hati-hati ketika memulai pembelajaran menulis agar kepribadian siswa tidak tersinggung dan agar siswa tidak benci terhadap guru dan pelajaran menulis. Untuk itu guru harus mempunyai banyak teknik yang dapat membuat kelas menjadi cair, tidak tegang. Kelas harus dipenuhi dengan seloroh dan canda yang muncul dari guru ataupun dari siswa. Seloroh dan canda sangat membantu bagi munculnya ide yang segar dalam setiap pelajaran menulis.

c.     Model Menulis Nonlinear
Pelajaran menulis itu merupakan proses nonlinear, artinya tidak harus ada urut-urutan tertentu dari a sampe ke z. Sebab kegiatan menulis merupakan proses yang berputar-putar dan berulang-ulang. Dalam proses seperti itu tidaklah menjadi soal jika metari yang sama diberikan dua atau tiga kali sebab dalam setiap pengulangan akan selalu ada perubahan, disamping dengan sendirinya akan berlangsung pula proses-proses internalisasi, konsolidasi, dan verifikasi yang akan menghasilkan kebiasaan dan keterampilan yang semakin lama semakin menuju ke tingkat yang lebih sempurna pada diri siswa. Maka guru juga harus memiliki sistem penilaian yang berbeda dengan cara penilaian konvensional. Disini guru mengadakan kesepakatan terlebih dahulu dengan siswa. Menilai karangan dalam pembelajaran menulis dengan pendekatan proses harus ada kesesuaian antara kriteria penulisan guru dengan pikiran, kreasi, keinginan, dan gaya yang digunakan siswa. Menilai karangan merupakan hak guru, tapi siswa juga mempunyai hak untuk menghargai kreasinya. Oleh sebab itu siswa boleh ditanya apa sikapnya terhadap tulisan yang dihasilkannya.
4.         Model Lintas Keterampilan Berbahasa
Membaca merupakan kunci keberhaslan dalam menulis, karena dengan membaca akan berkembang wawasan yang akan mendorong bakat menulis. Karena membaca dan menulis erat kaitannya, sehingga ada pendapat mengatakan bahwa seseorang yang tidak gemar membaca, tidak akan menjadi penulis. Ada beberapa teknik dalam mengembangkan menulis yaitu:
a.       Bermain-main dengan bahasa dan tulisan
Hal ini dapat melalui permainan menulis yang biasa disebut menulis berantai atau menulis berkelompok sebagai berikut:
·         Siswa dibagi dalam kelompok dengan jumlah 10 sampai 15 orang perkelompok.
·         Tentukan mana saja yang masuk kelompok satu, dua dan seterusnya.
·         Siswa pertama dari suatu berita telah mempunyai kalimat yang samapada setiap kertas, misal,” Hari minggu kemarin saya pergi ke pantai”.
·         Siswa pertama bertugas menambahkan sebuah kalimat, kemudian diserahkan pada siswa kedua yang akan menambahkan kalimat lagi, dan seterusnya sampai siswa terakhir dalam suatu kelompok.
·         Sesudah itu kertas dikumpulkan dan guru membacakan isi setiap kertas.
Ini akan menjadi proses pembelajaran menulis yang menarik, karena adanya kesalahan yang dibuat oleh siswa, biasanya tentang kesalahan koherensi, yaitu keterhubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat sebelum atau sesudahnya.
b.      Kuis
Minimal ada tiga kuis yang dapat digunakan dalam setahunnya, yaitu kuis tanda baca, kuis tata paragraf, dan kuis tanda kutip, tanda baca, dan tata paragraf sekaligus.
c.       Memberi atau mengganti akhir cerita
Mengganti akhir cerita merupakan latihan menulis yang sangat menyanangkan, efisien, dan efektif. Dengan kerja yang tidak terlalu banyak dapat dicapai apa yang menjadi tujuan pembelajaran yang diharapkan yaitu siswa gemar menulis. Yang menarik dari kegiatan ini adalah dengan akhir baru, cerita atau dongeng itu menjadi lebih menarik.
d.      Menulis meniru model: copy the master
Penggunaan metode ini membutuhkan buku yang berisi banyak dan berbagai macam tulisan  yang dapat dijadikan master atau model pegangan. Sebuah model  yang dipilih guru dibaca bersama-sama dikelas. Kemudian baca pula analisis model itu (setiap model disertai sedikit analisis mengenai bagus tidaknya tulisan itu dan menelusuri jalan pikiran penulisnya ketika menciptakan tulisan itu, melihat sistematika penulisannya, dll). Kemudian guru mrngajak siswa memikirkan objek lain yang kira-kira dapat dituliskan dengan pola, gaya atau cara yang dipakai dalam model itu. Selanjutnya, siswa menuliskan idenya yang sejalan dengan model yang dibahas.
e.       Pembelajaran menulis diluar kelas
Hal ini dapat dilakukan dengan cara melatih siswa menulis buku harian. Yang berisi tentang pengalaman, kesan atau pikiran yang menarik. Selain dengan menulis majalah dinding (Mading). Dapat pula dengan kliping. Dalam kliping siswa akan mengumpulkan tulisan-tulisan yang mereka sukai yang sesuai dengan bakat dan kepribadian mereka.
















DAFTAR PUSTAKA

Bakri, Umar. 2009.Keterampilan Berbahasa. (http://guru umarbakri.blogspot.com) diakses pada 4-10-2012


Suparno. 2002. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Depdiknas-UT

Tarigan, H.G. 1987. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.